Karena virus corona kita jadi sering denger istilah lockdown‘. Istilah ini pertama kali ramai waktu pemerintah Cina memutuskan me-lockdown Provinsi Hubei karena persebaran virus yang diduga bermula dari Kota Wuhan itu semakin nggak terkendali. Mereka menutup seluruh perbatasan dan mengimbau agar warganya tetap berada di dalam rumah. Baru-baru ini, Italia juga menerapkan kebijakan yang sama, me-lockdown seluruh warga negaranya karena lonjakan kasus Covid-19 di sana cukup tinggi.
Pasien positif corona di Indonesia, per 18 Maret sebanyak 227 orang. Meski pemerintah sekarang sudah mengimbau masyarakat buat social distancing, tapi tak sedikit pihak yang menyarankan agar pemerintah sekalian aja me-lockdown Indonesia, atau minimal daerah yang udah terjangkit virus corona. Berkaca dari Italia, saat jumlah kasus masih 100-an, pemerintah belum bertindak apa-apa. Masyarakat masih bebas berkeliaran. Dua minggu setelahnya, kasus naik drastis jadi ribuan. Nah, buat kamu yang mungkin masih asing sama istilah lockdown,
Pengertian Lockdown
Lockdown adalah suatu kondisi yang biasanya merujuk pada situasi genting, di mana akan lebih aman kalau orang menetap dalam rumah, gedung, atau area. Mereka dilarang meninggalkan tempat tersebut atau bepergian secara bebas.
Alasannya tentu untuk keamanan, sebab di luar sana sedang ada sesuatu yang mengancam nyawa manusia. Nggak hanya karena virus atau wabah penyakit, lockdown juga biasa diberlakukan jika ada ancaman bom, peperangan, atau penembakan.
Alasannya tentu untuk keamanan, sebab di luar sana sedang ada sesuatu yang mengancam nyawa manusia. Nggak hanya karena virus atau wabah penyakit, lockdown juga biasa diberlakukan jika ada ancaman bom, peperangan, atau penembakan.
Sistem lockdown setiap negara bisa jadi berbeda. Ini beberapa negara dengan kebijakan lockdown-nya masing-masing, seperti yang dilansir dari CNN dan BBC
Italia: Karena lonjakan kasus yang cukup tinggi, pemerintah me-lockdown seluruh bagian negara Italia. Sebanyak 60 juta orang diminta nggak meninggalkan rumah, kecuali jika ingin membeli kebutuhan. Siapapun yang melanggar bisa dikenai denda atau bahkan dipenjara 3 bulan. Semua fasilitas publik juga ditutup. Petugas militer akan berjaga untuk mencegah pertemuan-pertemuan warga dan memantau gelandangan atau pengemis di sana.
Malaysia: Pemerintah Malaysia baru saja mengumumkan kalau penduduknya dilarang bepergian ke luar negeri, sementara untuk kunjungan pendatang atau turis sangat dibatasi. Aturan ini berlaku sampai akhir bulan Maret. Acara-acara keagamaan, olahraga, sosial, dan kebudayaan dilarang. Semua rumah ibadah, tempat-tempat bisnis ditutup. Swalayan dan sekolah akan ditutup sampai akhir bulan.
Filipina: Pemerintah me-lockdown Pulau Luzon dengan 50 juta lebih penduduk. Semua transportasi publik dihentikan, warga cuma boleh bepergian jika ada hal mendesak. Perkantoran juga ditutup, yang boleh buka cuma supermarket dan rumah sakit.
Perancis: Presiden Perancis memberlakukan lockdown ketika jumlah kasus corona di sana mencapai 5.000. Warga dilarang bepergian dan hanya boleh tinggal di rumah, kecuali untuk tugas penting. Seratus ribu polisi dikerahkan agar seluruh warga patuh pada aturan ini. Jika ketahuan melanggar, akan ada denda jutaan rupiah.
Dan masih banyak lagi negara yang menerapkan lockdown demi mencegah persebaran virus semakin menjadi-jadi. Yang baru aja lockdown ada Selandia Baru.
Menghadapi wabah seperti ini kayaknya memang butuh langkah-langkah yang agresif. Sekarang bukan saatnya memikirkan kerugian ekonomi lagi, sudah saatnya kemanusiaan jadi yang utama
Lockdown memang secara otomatis akan mematikan perekonomian negara, sebab semua bisnis atau pertokoan akan tutup. Negara atau suatu daerah akan kehilangan pemasukan. Namun, meski terlihat sangat agresif, langkah tersebut sangat masuk akal jika tujuannya memang menekan kasus corona. Toh, yang dibutuhkan agar suatu wabah hilang memang begitu.
Sekarang coba dibayangkan, gimana kalau negara terjangkit nggak memberlakukan lockdown. Jumlah pasien yang terjangkit semakin banyak. Rumah sakit dan tenaga medis kewalahan. Bisa-bisa angka kematian meningkat drastis, bukan lagi karena virusnya, tapi justru karena mereka nggak mendapat perawatan memadai. Kalau negara banyak “kehilangan” penduduknya, berarti tenaga produktif juga berkurang. Biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat pasien-pasien yang terus berdatangan bakal membengkak. Jadi secara logika ya sama aja. Malah jauh lebih rugi kalau nggak ada lockdown.
Me-lockdown suatu negara itu bukan keputusan mudah. Tapi, untuk saat ini, sepertinya hanya cara itulah yang dapat membuat negara “menang” melawan virus corona. Cara ini juga sudah terbukti di Cina. Dalam kurun waktu 3 bulanan, jumlah kasus bisa menurun drastis, pasien yang sembuh semakin meningkat, sampai rumah sakit khusus corona yang kemarin dibangun udah ditutup gara-gara nggak ada pasien lagi. Nah, kalau menurut kamu gimana nih, Guys? Apakah kamu sendiri siap kalau suatu hari Indonesia bakal di-lockdown? (https://www.hipwee.com/)