Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Prof
Akhmad Muzakki berpendapat jika wacana kebijakan tersebut patut diapresiasi. Pasalnya, format kebijakan diambil di tengah kedaruratan pandemi Covid-19.
Tetapi model shift ini merupakan
kerangka besarnya harus berdasarkan peningkatan skill dan strategi pembelajaran guru-guru. Agar shift dan kerangka besar ini bisa
diisi secara variatif.
"Ini kebijakan yang harus ditunaikan paska dikeluarkannya kebijakan ini.
Bagaimana proses pembelajaran tetap berlangsung di tengah pandemi, ini ikhtiar
yang maksimal yang bisa dilakukan. Dibanding umpama pembelajaran di off hingga
Januari. Sementara landainya data kurva epidemiologis Covid-19 belum
tahu kapan berakhir," ungkapnya.
Di lain sisi, kekhawatiran orang tua
jika anak-anak harus masuk seperti situasi normal sulit direalisasikan. Karena itu, menurut Prof Muzakki,
kebijakan yang diambil pemerintah dalam penerapan sistem shift tepat untuk
membuat suasana belajar tetap aman dan nyaman.
Dengan kebijakan seperti ini pasti akan
mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena situasi normal dan darurat akan
berbeda. Karena kita sedang menuju new normal.
Di ruang seperti itu, di masa transisi penyesuaian harus ada. Sementara di lain
sisi harus memperhatikan kedaruratan kesehatan," paparnya.
Dikatakan
Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya ini, ada dua
isu penting yang juga harus diperhatikan oleh pemerintah.
Pertama kejenuhan yang terjadi tidak
hanya dirasakan oleh siswa namun juga orangtua yang penting untuk diantisipasi. Sebab, selama hampir dua bulan lebih para siswa
diajak untuk melakukan proses pembelajaran dari rumah.
Sedangkan
tanggungjawab guru juga tidak kalah berat di tengah masa pandemi Covid-19.
"Masyarakat belum terbiasa dengan
pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan internet. Jika dulu
pembelajaran bisa dilakukan jauh-jauh hari. Sekarang mereka (akan) dipacu (di
masa New Normal). Dan Ini (kebijakan) paling rasional yang bisa diambil," jelas dia.
Namun, dengan situasi tersebut Prof
Muzakki menuturkan akan berdampak pada kepentingan pembangunan karakter. Masa belajar juga akan berpengruh pada
kedalaman pemahan pada pembelajaran yang diperoleh.
"Jadi guru harus berpikir, mencari
sesuatu yang inovatif. Agar anak-anak (dalam masa penyesuaian ini) tidak jenuh.
Sebab ancaman kejenuhan akan tinggi. Inovasi strategi guru akan dituntut,"
kata Prof Muzakki.
Sementara itu, Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun menuturkan formulasi sistem shift
KBM akan dibahas pada Rabu (27/5). Paling tidak, ada solusi untuk
meminimalisir kejenuhan siswa selama masa belajar dari rumah sejak pertengahan
Maret lalu.
"Ini masih rancangan dan mencari bentuk (formulasi) dan hasilnya akan
dirapatkan dengan dewan guru. Yang jelas masukan guru-guru akan kami tampung.
(Pastinya) nanti akan kita lakukan pysichal distancing. Dalam satu kelas sehari
bisa digilir. Kami akan buat seminggu separoh (kelas). Atau dalam sehari bisa
dibuat kelas pagi dan siang," katanya.
Dikatakan Bahrun, untuk jam praktikum
siswanya tidak ada masalah. Hanya saja untuk jurusan perhotel, ada sedikit
kendala pasalnya mereka ada kurikulum making bath.
"Yang biasanya mereka menggunakan
lab. Jadi dengan adanya masa pandemi kemarin pada mapel making bath mereka menggunakan
bath nya masing-masing. Kemudian divideokan dikirim dan dinilai oleh para
guru," paparnya.
Artikel ini telah tayang di tribunnews.com