“Jadi yang pertama yang ingin kami sampaikan, PJJ itu tidak sama dengan pendidikan pembelajaran online, jadi mohon ini kadang-kadang orang menyamakan yang namanya PJJ itu sama dengan pembelajaran daring dan luring,” tegas Plt Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah (PAUD Dasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad dalam Bincang Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa (16/6).
Pembelajaran daring itu biasanya merupakan pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru secara interaktif melalui video conference. Pihaknya menyarankan agar ada interaksi antara guru dengan murid ketika tidak ada hambatan di akses internet, gawai, dan pulsa.
Akan tetapi, jika mau menggunakan model lain, misalnya belajar menggunakan aplikasi (learning management system), pihaknya sudah menyiapkan Rumah Belajar yang free access. “Kemudian ada juga yang dari pihak private, dari swasta Ruang Guru, ada Zenius, itu silakan itu pilihan-pilihan itu banyak ada yang free ada yang berbayar,” tuturnya.
Namun, jika terdapat hambatan, maka pilihannya itu tidak memaksakan harus berbasis daring, tidak harus online, ada pilihan offline.
“Nah jaringan ini yang paling konservatif, selama ini itu (belajar) melalui buku yang selama, ini buku pegangan siswa sama guru, kalau dulu buku pegangan siswa ini hanya boleh dipakai di sekolah, maka pada saat sekarang, itu harus dipinjamkan kepada siswa agar bisa dipelajari di rumah,” terang dia.
“Kemudian guru nanti setiap saat entah melalui melalui orang tuanya, entah melalui kunjungan ke rumah atau kunjungan ke kelompok-kelompok kecil, itulah nanti akan disiapkan seperti apa nanti anak-anak itu belajar di rumah. Jadi ini pilihan-pilihan bagi daerah yang memang akses internetnya tidak sebaik,” sambung Hamid.
Sedangkan PJJ merupakan adopsi dari pembelajaran daring. Guru dituntut kreatif dalam memberikan materi. Sehingga murid tidak hanya mengerjakan tugas akademis, namun juga melakukan kegiatan yang menyenangkan agar keinginan belajar para murid tetap tinggi.
“Diharapkan para guru itu lebih memberikan pembelajaran yang bervariasi agar anak-anak ini termotivasi untuk belajar. Belajar di rumah ini lebih fokus kepada pendidikan kecakapan hidup dengan tempat anak-anak tinggal, ini jadi bahan koreksi kita ke depan,” tutupnya.