Karlik (41), saat menemani anaknya mengikuti pembelajaran daring di salah satu rumah yang menyediakan akses internet melalui WiFi, di Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.(Foto Sumber: KOMPAS.COM/MOH. SYAFIĆ)
Karlik dan suaminya yang bekerja sebagai petani memiliki dua anak. Salah satu anaknya masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Marmoyo. Setelah menjual seekor kambing miliknya, Karlik membeli ponsel seharga Rp 1.500.000.
Ponsel itu dipakai bergantian antara anak sulung dan bungsu. "Sejak ada corona, pelajaran dilakukan online. Akhirnya ya jual kambing untuk beli HP (handphone), ditambah tabungan anaknya," kata Karlik saat ditemui Kompas.com di dekat rumahnya, Desa Marmoyo, Rabu (22/7/2020).
Rabu pagi, Karlik menemani anak keduanya mengikuti pembelajaran daring di salah satu rumah warga yang menyediakan akses internet melalui WiFi.
Meski memiliki ponsel, alat komunikasi berbasis android yang dibeli dari uang hasil menjual kambing tersebut tidak bisa digunakan untuk mengakses internet dari rumahnya. Desa Marmoyo, permukiman penduduk yang menjadi tempat tinggal keluarga Karlik, merupakan salah satu desa pelosok bagian utara Kabupaten Jombang.
Sebagian wilayahnya berupa hutan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. Karlik mengungkapkan, selama ini dia dan suaminya tidak pernah berpikir untuk memiliki ponsel. Ponsel tak begitu berguna dalam kehidupannya. Sebab, akses telekomunikasi dan internet sangat terbatas di Desa Marmoyo.
"Di desa ini kan tidak ada sinyal, kalau mau belajar online ya harus ke sini. Kalau di rumah (ponselnya) enggak bisa dipakai," ujar Karlik. Dia berharap, pemerintah segera memberikan izin untuk pelaksanaan belajar mengajar dengan metode tatap muka di sekolah. "Harapan kami agar sekolah kembali masuk. Kalau belajar online terus ya susah.
Di sini sinyalnya juga enggak ada," kata Karlik. Baca juga: Tersangka Kasus Layangan Penyebab Listrik Padam di Denpasar Dikenai Wajib Lapor Pembelajaran daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS).
Sekretaris Desa Marmoyo Sumandi menilai, metode pembelajaran itu kurang efektif dilakukan di desanya. Dia mengungkapkan, keberadaan jaringan internet masih langkah di desa yang dihuni 1.100 jiwa penduduk ini. Desa yang berada di wilayah perbukitan kapur itu hanya ada 12 titik yang terjangkau akses internet.
Lokasi akses jaringan internet, antara lain ada di Kantor Desa Marmoyo, SDN Marmoyo, serta 10 rumah penduduk, dengan transmisi utama ada di kantor desa. "Kendala utama untuk pembelajaran daring di Desa Marmoyo, soal jaringan.
Di sini jaringan internet hanya bisa lewat WiFi. Seluler tidak bisa," kata Sumandi, saat ditemui di rumahnya. Sumandi menyebut, sebelum pembelajaran daring diterapkan, masih sedikit warga desa yang memiliki ponsel. "Ramainya handphone ya baru-baru ini, sejak ada Covid-19. Itu karena sekolah menerapkan belajar secara daring," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Anak Bisa Belajar Online, Petani Ini Terpaksa Jual Kambing untuk Beli Ponsel", https://regional.kompas.com/read/2020/07/23/06370071/demi-anak-bisa-belajar-online-petani-ini-terpaksa-jual-kambing-untuk-beli?page=all.