BlogPendidikan.net - Model Pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berfikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan.
Berfikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang mencoba mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didefinisikan dengan jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti.
Strategi pembelajaran yang efektif akan membantu siswa menuju keterampilan berfikir tingkat tinggi. Langkah-langkah pembelajaran yang bisa memicu siswa berfikir tingkat tinggi diantaranya: 1) menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini (Pembelajaran Emosional), 2) melakukan Brain Gym disela pembelajaran (Pembelajaran Fisik), 3) mengarahkan kegunaaan konsep dalam kehidupan sehari-hari (Pembelajaran Emosional), 4) mendiskusikan permasalahn dalam LKS (Pembelajaran Kognitif, Pembelajaran Sosial, pembelajaran Fisik), dan 5) introspeksi pembelajaran (Pembelajaran Reflektif ).
Berikut Model Pembelajaran HOTS, Langkah-langkah Beserta Kelebihan dan Kekurangannya.
1. Model Pembelajaran Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
Model pembelajaran discovery/inquiry learning meru-pakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran discovery/inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Langkah-langkah model pembelajaran discovery/inquiry learning
- Membina suasana yang responsif diantara siswa.
- Mengemukakan permasalahan untuk diinkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar dan sebagainya. Kemudian mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan, dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
- Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pernyataan tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
- Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.
- Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa
Kelebihan model pembelajaran discovery/inquiry learning
- Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
- Dapar memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
- Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kekurangan model pembelajaran discovery/inquiry learning
- Pembelajaran dengan discovery/inquiry learning memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
- Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.
- Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
- Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
- Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda misalkan SD.
- Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
- Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan sangat merepotkan guru.
- Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapakan pada situasi kelas yang kurang mendukung.
- Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)
Kehidupan identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.
Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning
- Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
- Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
- Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
- Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
- Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.
- Siswa memiliki kemampuan menilai kemampuan belajarnya sendiri.
- Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
- Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning
- PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
- Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/ PJBL)
Project Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Project Based Learning merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
- Masalah sudah ada dan materi diberikan.
- Siswa diberi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja kelompok.
- Masalah tidak dicari (sebagaimana pada Problem Based Learning dari kehidupan mereka sehari-hari)
- Siswa ditugaskan mengevaluasi (evaluating) dan bukan grapping seperti pada problem based learning
- Siswa memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil akhir.
- Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
- Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
- Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
- Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kretaif.
- Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
- Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah ysng dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khusunya dunia kerja.
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
- Memerlukan cukup banyak waktu.
- Melibatkan lebih banyak orang.
- Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru.
- Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
- Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajarn yang lain.
- Kesulitan yang mungkin dihadapi.
Rujukan: Buku Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, Samudra Biru.
Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda ☆ (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.